Kamis, 14 Agustus 2008

Dialog imajiner seorang Amilin

Bismillahirrohmanirrohiim

"Sekaya apapun seorang amil dia tetaplah Mustahik"

Kalimat itu terngiang terus dalam benak hatiku beberapa hari terakhir ini.
Ini adalah ungkapan yang keluar dalam pikiranku, setelah mengamati dan menjadi praktisi zakat di sebuah lembaga amil zakat nasional.

"Mungkinkah Aku bisa menjadi Muzaki" pertanyaan yang jawabannya sungguh sederhana, jawabannya Mungkin atau Tidak Mungkin.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut sebagai sebuah pertanyaan gampang saja berikut jawaban2nya :
  • Bisa, jika Engkau telah mampu dan hartamu sudah ada yang masuk haul dan nishob
  • Tidak Bisa, kecuali Engkau berhenti sebagai Amil zakat, sebab tetap saja predikat mustahik itu akan melekat selama engkau bekerja sebagai amilin
Setelah kurenungkan Akhirnya aku temukan sebuah jawaban kunci untuk memuaskan pertanyaan2 tersebut, yaitu tanyakan pada hati nurani mu tentang :
  • Kesabaranku
  • Kemauanku
  • Keberanianku
Tiga point itu menjadi kunci untuk menentukan sikap dari pertanyaan awal yang timbul dalam hatiku!

Sejauh mana Kesabaran ku untuk menghadapi segala keterbatasan yang ada baik dari amanah pekerjaan juga amanah sebagai kepala keluarga!
Sejauh mana Kemaunku untuk merubah keadaan sekarang untuk lebih baik lagi, dan
Sejauh mana Keberanianku untuk menghadapi resiko sesuai dengan pilihanku untuk memutuskan berhenti menjadi Mustahik (amil) dan mencoba meretas jalan menjadi seorang Muzaki !

itulah Kawan dialog imajiner dalam diriku, mudah2an melegakan hati yang mudah terombang ambing ini untuk menjadi lebih teguh!

Karena sesungguhnya Kami ini ibarat Jembatan, sesuai dengan judul Blog ini dan ungkapan sang ketua pengurus yang menjadi teladan kami. ... ya Jembatan Kebaikan

Jembatan itu menyambung dua kutub, kami harus dapat mengalirkan kebaikan dan keleluasaan mereka yang beruntung karena telah dilebihkan rizki dan hartanya kepada mereka yang kurang beruntung.

Tapi kami pikir untuk dapat berbuat tersebut sebuah Jembatan haruslah kokoh, kuat dan bebas hambatan, inilah yang menjadi tugas Bapak2 Pembina, Pengurus serta Direksi yang memfasilitasi agar kami yakin dengan jembatan ini untuk dapat memikul segala beban diatasnya.

Karena tempat kami bekerja adalah sumber fitnah, yang dengan mudah mengantar kami ke surga juga dengan gampang membawa kami ke neraka!

Semoga Alloh Swt. tetap membimbing Kami menjadi hamba nya yang dapat melalui setiap ujian dengan khusnul khotimah untuk menggapai Ridho-Nya.

Hidup adalah Sedekah....jangan biarkan keikhlasan mengurangi pahala sedekah kita!

Wallahualam bi shoib.